Ruang kerja tengah mengalami transformasi yang signifikan, dan pengalaman karyawan di tempat mereka bekerja (Employee Experience/EX) menjadi inti dari perubahan ini. Tahun ini, perusahaan pun menata ulang cara mereka terhubung, mendukung, dan membantu karyawan agar mereka mendapatkan EX yang baik selama bekerja di perusahaan tersebut.
Apa Itu Employee Experience di Ruang Kerja, dan Mengapa Menjadi Lebih Penting?
Pengalaman karyawan adalah segala hal yang dialami karyawan di tempat kerja, sejak hari pertama mereka bergabung hingga hari terakhir mereka di perusahaan itu.
Pengalaman ini mencakup lingkungan kerja, hubungan dengan rekan kerja dan atasan, peluang untuk berkembang, dan seberapa baik mereka dapat menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan mereka.
Pengalaman karyawan yang baik berarti bahwa orang merasa dihargai, termotivasi, dan relate dengan tujuan perusahaan.
Percayalah, kebanyakan manusia mencari lebih dari sekadar gaji. Mereka ingin punya rasa keterikatan, berkembang dalam karier mereka, dan bekerja di lingkungan yang mendukung dan inklusif.
Ketika tujuan pribadi karyawan selaras dengan misi perusahaan, mereka cenderung akan bertahan, menjadi produktif, dan merasa puas. Menciptakan lingkungan kerja yang penuh rasa hormat, aman, dan mendorong kesejahteraan dapat membantu mengurangi stres dan membangun kepercayaan.
Berinvestasi dalam pengalaman karyawan yang positif akan menghasilkan karyawan yang lebih bahagia dan lebih loyal. Ujung-ujungnya mereka membantu perusahaan terus berkembang.
Masa Depan Employee Experience
Faktor-faktor yang membentuk pengalaman karyawan berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan Qualtrics ini, lima tren utama akan mendefinisikan ulang EX pada tahun 2025.
Tren-tren ini berfokus pada peluang dan tantangan yang harus perusahaan hadapi dalam menciptakan lingkungan tempat karyawan merasa betah.
- Perusahaan terbaik tahun 2025 akan membantu pekerjaan karyawan lebih sederhana.
- Harapan penuh pada karyawan muda.
- Masa orientasi di awal dan proses offboarding saat karyawan meninggalkan perusahaan akan memengaruhi pengalaman mereka.
- Berfokus pada keberhasilan instan dapat merusak kepercayaan.
- Tim yang bergandengan tangan dengan AI tetap akan lebih unggul.
Mari kita bahas satu per satu.
1. Perusahaan terbaik tahun 2025 akan membantu pekerjaan karyawan lebih sederhana
Salah satu tren terbesar bagi perusahaan kelas atas adalah berfokus pada pengurangan kekacauan di ruang kerja mereka.
Selama beberapa tahun terakhir, karyawan telah beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan, menyeimbangkan tuntutan yang berubah dari para pimpinan, pasar, dan kehidupan pribadi.
Namun, lingkungan yang serba cepat ini membuat banyak karyawan merasa terbebani oleh kompleksitas peran mereka. Menyederhanakan pekerjaan kini menjadi kunci untuk meningkatkan keterikatan karyawan.
Bagaimana tekanan memengaruhi karyawan?
Lebih dari 38% karyawan di seluruh dunia melaporkan merasa tertekan karena harus mengerjakan lebih banyak tugas. Semua atas nama perubahan.
Meskipun beberapa tekanan produktivitas adalah hal wajar, tekanan yang terlalu besar dapat merusak rasa keterikatan dan kesejahteraan mereka, terutama ketika karyawan merasa tidak dibantu dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Apa yang dapat perusahaan lakukan untuk membantu mereka?
- Sediakan alat yang sederhana dan efektif yang membantu karyawan bekerja lebih baik dan lebih cepat dengan mengurangi hambatan yang tidak penting.
- Dengarkan kekhawatiran mereka, pahami tantangan mereka, dan bimbing mereka dengan perhatian dan empati untuk beradaptasi dengan mulus.
- Ciptakan tempat kerja di mana karyawan merasa nyaman berbagi ide untuk membuat pekerjaan lebih efisien dan menyenangkan.
- Gunakan alat untuk mengumpulkan feedback karyawan secara langsung untuk membuat perbaikan yang nyata. Berikan wawasan kepada tim manajemen yang membantu mereka memahami kebutuhan karyawan dan ciptakan lingkungan kerja yang positif dan suportif.
2. Harapan penuh pada karyawan muda
Karyawan yang baru lulus sekolah, fresh graduate, atau baru memiliki paling banyak dua tahun pengalaman kerja, mendobrak stereotip tentang komitmen dan etos kerja mereka.
Coba lihat mereka dengan kaca mata lain dari sisi berbeda. Mereka adalah kelompok yang memiliki ikatan kuat dan optimis, bersemangat untuk membuat dampak dan menambah nilai bagi perusahaan tempat mereka bekerja.
Generasi ini percaya pada potensi mereka dan antusias untuk membentuk masa depan yang cerah bagi diri mereka sendiri dan perusahaan.
Namun, memang ada tantangannya. Mereka sulit bertahan di satu perusahaan selama lebih dari tiga tahun. Perusahaan yang gagal memahami dan memenuhi kebutuhan unik mereka berisiko kehilangan kumpulan bakat yang menjanjikan ini.
Apa yang mendorong karyawan muda untuk bertahan di satu tempat kerja?
- Mereka ingin tujuan karier mereka selaras dengan visi perusahaan.
- Manajer yang mewujudkan nilai-nilai perusahaan menginspirasi loyalitas mereka.
- Mereka perlu percaya pada misi perusahaan dan merasakan tujuan perusahaan berefek langsung kepada diri mereka.
- Percakapan pengembangan karier yang bermakna adalah kuncinya.
Cara mempertahankan karyawan muda
- Menawarkan program pelatihan dan pengembangan yang berfokus pada pertumbuhan karier, pengembangan keterampilan, dan kesuksesan jangka panjang.
- Mendukung program mobilitas internal untuk memungkinkan karyawan mengeksplorasi berbagai peran dan tumbuh dalam perusahaan.
- Menggunakan alat berbasis data untuk memahami kebutuhan spesifik karyawan muda dan menyesuaikan pengalaman yang melibatkan dan mempertahankan mereka.
- Membuat peta jalan yang transparan untuk kemajuan karier guna membantu karyawan yang lebih muda membayangkan masa depan jangka panjang di sebuah perusahaan.
- Mendorong komunikasi terbuka dengan mendengarkan secara aktif ide dan kekhawatiran mereka, menumbuhkan lingkungan yang mendukung di mana semua suara dihargai.
3. Masa orientasi di awal dan proses offboarding saat karyawan meninggalkan perusahaan akan memengaruhi pengalaman mereka
Walaupun keterikatan karyawan sudah erat, namun tetap lebih banyak karyawan tidak yakin untuk bertahan dalam jangka panjang. Ini tidak berarti mereka tidak loyal. Mereka hanya tidak dapat memprediksi masa depan. Gamblangnya, mereka tidak yakin apakah perusahaan dapat terus berkembang dan memberikan rasa aman atas karier mereka.
Dengan ketidakpastian ini, karyawan pun menyesuaikan rencana mereka dan berpikir jangka pendek tentang karier mereka.
Karyawan baru tidak merasa punya keterikatan
Salah satu area yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah bagaimana perasaan karyawan baru saat pertama kali bergabung. Kegembiraan memulai pekerjaan baru memudar, dan banyak karyawan baru tidak melihat masa depan jangka panjang dengan perusahaan.
Orientasi, yang dulunya merupakan pengalaman yang menyenangkan, kini perlu diperbaiki. Meskipun orientasi karyawan masih memainkan peran penting, namun nyatanya pengalaman yang dialami kandidat sebelum bergabung dan saat mereka meninggalkan perusahaan jauh lebih buruk.
Apa yang dapat perusahaan lakukan?
- Buat karyawan baru merasa diterima dan terbantu sejak awal mereka bekerja.
- Ciptakan proses rekrutmen yang mulus dan positif yang meninggalkan kesan, baik kandidat diterima atau tidak.
- Berikan pengalaman akhir yang positif, bahkan saat mereka memutuskan untuk meninggalkan perusahaan.
- Gunakan alat untuk menganalisis alasan orang bertahan atau keluar dan tingkatkan pengalaman berdasarkan umpan balik tersebut.
4. Berfokus pada keberhasilan instan dapat merusak kepercayaan
Dalam upaya memenuhi tujuan jangka pendek, banyak perusahaan mengabaikan aset penting: kepercayaan. Kepercayaan adalah dasar dari langgengnya sebuah hubungan, namun kepercayaan karyawan terhadap pimpinan atau senior mereka itu semu, hanya 63% menurut riset.
Tingkat kepercayaan yang rendah ini dapat menimbulkan konsekuensi serius, mulai dari moral yang menurun dan penolakan terhadap perubahan hingga meningkatnya keluhan dan produktivitas yang lebih rendah.
Ketika karyawan tidak mempercayai pemimpin mereka, mereka cenderung tidak bekerja lebih keras, memberikan umpan balik yang jujur, atau merasa memiliki. Hal ini menciptakan efek berantai yang memengaruhi kesehatan dan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Apa yang membuat pemimpin dapat dipercaya?
- Kompetensi: Keterampilan dan keahlian untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
- Integritas: Bertindak sesuai dengan nilai dan prinsip perusahaan.
- Kebajikan: Mengutamakan kesejahteraan karyawan daripada keuntungan jangka pendek.
Mayoritas karyawan, 68%, percaya bahwa pemimpin mereka kompeten, dan 56% merasa pemimpin mereka bertindak dengan kebajikan.
Cara membangun kepercayaan dalam kepemimpinan
- Buat karyawan merasa dihargai dengan menunjukkan kepedulian Anda terhadap kesejahteraan mereka. Pemimpin harus lebih dari sekadar bersikap transparan dan etis. Perhatian yang tulus adalah yang terpenting.
- Tanyakan pendapat dan pemikiran karyawan secara berkala. Dengarkan dengan saksama dan tindak lanjuti masukan mereka untuk menunjukkan bahwa pendapat mereka berarti.
- Berikan data EX yang tepat kepada para pimpinan untuk membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik. Hal ini memastikan bahwa keputusan didasarkan pada data nyata, bukan sekadar angka keuangan.
5. Tim yang bergandengan tangan dengan AI tetap akan lebih unggul
Kecerdasan Buatan (AI) mengubah cara kita bekerja, membantu perusahaan mengatasi tantangan bisnis dan beradaptasi dengan tenaga kerja global yang menyusut.
Sementara banyak perusahaan baru mulai mengeksplorasi potensi AI, karyawan sebenarnya sudah memimpin perubahan ini. 45% karyawan menggunakan AI setiap hari atau minggu untuk membuat tugas mereka lebih mudah dan lebih efisien.
Menurut sebuah riset, karyawan menggunakan AI dalam berbagai cara:
- Menganalisis data (41%)
- Pencarian daring (40%)
- Entri data (32%)
- Menerjemahkan bahasa (31%)
- Menulis (31%)
Meskipun antusiasme dalam menggunakan AI tergolong tinggi, adopsi AI tidak serta merta meningkatkan produktivitas.
Banyak karyawan menghemat waktu dengan AI, tetapi 47% memanfaatkan AI lebih dalam. Mereka menggunakannya untuk meningkatkan kualitas kerja, 42% menyelesaikan tugas lebih cepat, dan 38% mengambil tanggung jawab baru.
Hal ini menggarisbawahi poin penting: AI bukan hanya tentang melakukan lebih banyak hal; tetapi tentang bekerja lebih baik.
Apa yang dapat perusahaan lakukan?
Berikan karyawan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menggunakan AI dengan percaya diri. Tawarkan pelatihan sederhana sehingga setiap orang tahu cara menggunakan AI dalam pekerjaan mereka.
Perusahaan juga perlu mendorong karyawan untuk menggunakan AI guna menghemat waktu, sehingga mereka dapat menghasilkan pekerjaan berkualitas lebih tinggi alih-alih hanya melakukan lebih banyak tugas.
Jangan lupa, pastikan ada panduan yang jelas tentang cara menggunakan AI secara bertanggung jawab. Ini membantu karyawan merasa aman dan memastikan AI digunakan secara etis.
Akhirnya, awasi bagaimana AI memengaruhi karyawan. Gunakan umpan balik untuk membuat perubahan cepat dan meningkatkan pengalaman.
Penutup
Seiring dengan terus berkembangnya ruang kerja, inilah saatnya untuk memikirkan kembali cara kita membangun employee experience. Fokusnya bergeser ke arah membangun koneksi yang kuat, kepercayaan, dan merangkul teknologi baru.
Dengan menciptakan lingkungan kerja yang suportif dan inklusif, bisnis dapat membantu karyawan mereka tumbuh dan tetap menjadi yang terdepan.
Ini bukan hanya tentang mengikuti perubahan. Ini tentang cara memimpin yang mengutamakan manusia.
Berita baiknya? Anda tidak harus melakukannya sendiri. Dengan platform employee experience seperti Zoho Connect, Anda dapat menciptakan budaya yang mendorong komunikasi dan kerja sama tim.
Mulailah menempatkan karyawan Anda di jantung bisnis Anda hari ini—karena ketika mereka berkembang, bisnis Anda juga berkembang.
Comments