Privasi Data di Era Serba AI (Artificial Intelligence)
AI siap membawa perubahan yang menakjubkan bagi bisnis yang siap mengadopsinya. Namun, data yang diproses oleh sistem AI ini kemudian menimbulkan pertanyaan, apa yang akan terjadi dengan data tersebut?
Terlebih AI saat ini sudah menjadi bagian dari operasi sehari-hari dan digunakan untuk mengelola data di hampir setiap fungsi bisnis. Oleh karena itu, sudah seharusnya bisnis mempertanyakan bagaimana keamanan data mereka di sistem AI.
Di Zoho, kami percaya bahwa pelanggan kami harus memiliki kendali penuh atas data mereka sendiri. Zoho menghindari masalah model inference dengan melatih model AI menggunakan data yang dikendalikan, bukan dengan data pengguna.
Data pelanggan ini akan digunakan untuk meningkatkan kinerja AI di organisasi mereka sendiri, bukan untuk menayangkan iklan atau melatih model AI. Setiap bit data pelanggan yang diproses oleh AI Zoho dilindungi oleh kebijakan privasi terdepan, sehingga pelanggan tetap memiliki kendali penuh.
Strategi inilah yang mengantar Zoho untuk mengembangkan software yang skalabel dan dapat disesuaikan, dilengkapi dengan kemampuan AI terdepan yang dapat beradaptasi dengan kebutuhan unik bisnis yang menggunakannya, sambil tetap menjaga standar privasi yang tinggi.
Keunggulan Zoho lainnya yaitu tidak menggunakan cloud publik dan tidak menampilkan iklan. Tim keamanan Zoho juga melaporkan langsung kepada CEO, untuk memastikan bahwa infrastruktur yang menjaga standar privasi kami selalu beroperasi dengan optimal.
Para pelaku bisnis harus menyadari bahwa privasi data adalah hal yang esensial ketika memilih AI yang akan digunakan. Vendor yang menyediakan AI juga perlu menempatkan privasi dan keamanan sebagai prioritas sejak awal mengembangkan AI dan memastikan setip penggunaan data pengguna dijelaskan dengan jelas.
Pemimpin yang memegang teguh nilai-nilai ini tidak hanya membangun sistem yang lebih tangguh untuk melindungi pengguna, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi AI yang aman, bertanggung jawab, dan berkelanjutan.
Baca juga:
AI di Tempat Kerja: Revolusi Kolaborasi dan Produktivitas
Fitur AI di Email Bisnis, Mulai Tulis Email Hingga Buat Jadwal Meeting Otomatis
Peran Para Pemimpin Perusahaan di Era Tranformasi AI
AI (Artificial Intelligence) kini menjadi pusat perhatian di banyak perusahaan. Berbeda dari teknologi disruptif sebelumnya, AI memiliki kemampuan belajar dan beradaptasi secara mandiri yang membuka peluang besar sekaligus tantangan baru bagi para pemimpin di tingkat eksekutif.
Banyak pimpinan perusahaan melihat potensi besar AI, tetapi sering kali mengabaikan kompleksitas organisasi yang muncul bersamanya. Padahal, tanpa koordinasi lintas fungsi dan komitmen dari level tertinggi, potensi AI sulit tercapai sepenuhnya.
Faktanya, 71% organisasi kini melibatkan jajaran C-suite dalam inisiatif AI, naik tajam dari 39% tahun sebelumnya. Artinya, semakin banyak bisnis yang sadar bahwa keberhasilan AI bergantung pada arah dan dukungan dari para pemimpin.
1. CEO: Menjadi Wajah dan Penggerak Utama Inisiatif AI
CEO berperan sebagai wajah utama dalam setiap transformasi AI, baik secara internal maupun eksternal. Mereka perlu memastikan integrasi AI menjadi bagian dari strategi besar perusahaan.
Untuk itu, CEO harus memahami dasar-dasar AI, risiko yang menyertainya, dan bagaimana teknologi ini bisa menciptakan nilai tambah bagi bisnis. Meningkatkan AI literacy di tingkat pimpinan akan membantu perusahaan tetap kompetitif dan tidak tertinggal dalam inovasi.
Selain itu, CEO juga perlu jeli melihat peluang baru dari AI. Contohnya, sistem rekomendasi Netflix atau teknologi autopilot Tesla lahir dari keputusan strategis yang berani. Namun, proyek AI rentan gagal jika terlalu banyak didelegasikan tanpa pengawasan langsung dari pimpinan.
2. CFO: Mengelola Anggaran dan Risiko AI
Bagi CFO, proyek AI membawa tantangan tersendiri dalam hal perencanaan anggaran dan proyeksi keuntungan. Proses pengumpulan data, pelatihan model, hingga integrasi ke sistem lama bisa memakan waktu dan biaya besar.
Di sisi lain, AI juga dapat menjadi alat berharga untuk analisis risiko, deteksi penipuan, dan pengambilan keputusan berbasis data.
Dengan memimpin inisiatif AI di bidang keuangan, CFO bisa mendapatkan pemahaman langsung tentang manfaat teknologi ini dan menjadi jembatan antara inovasi dan kontrol risiko dalam organisasi.
3. CIO: Menjaga Keseimbangan antara Inovasi dan Infrastruktur
CIO memainkan peran penting dalam mengarahkan implementasi AI di perusahaan. Mereka harus menyeimbangkan inovasi teknologi dengan stabilitas infrastruktur IT yang sudah ada.
CIO perlu membangun sistem yang memungkinkan umpan balik rutin dari pengguna internal agar performa AI bisa terus disempurnakan.
Selain itu, keputusan strategis seperti memilih vendor eksternal atau mengembangkan teknologi AI secara internal juga berada di tangan CIO. Pendekatan hybrid biasanya menjadi pilihan terbaik, tergantung pada kapasitas tim dan skala proyek AI di masa depan.
4. CTO: Mengubah Produk dan Layanan dengan AI
Peran CTO biasanya lebih berfokus pada inovasi produk dan riset teknologi. Di industri berbasis teknologi, CTO bertanggung jawab memastikan integrasi AI ke dalam produk atau layanan berjalan mulus dan memberikan nilai nyata bagi pelanggan.
Untuk itu, CTO perlu memastikan tim memiliki pemahaman mendalam tentang berbagai model AI agar dapat memilih solusi yang paling sesuai dengan kebutuhan bisnis apakah untuk sistem navigasi, analisis data, atau penerjemahan bahasa secara real-time.
Kunci Sukses: Kolaborasi dan Komunikasi
Setiap pimpinan memiliki peran penting dalam kesuksesan AI — mulai dari strategi, pendanaan, hingga penerapan di lapangan. Namun di atas semua itu, faktor terpenting adalah komunikasi dan kolaborasi antar pemimpin.
Dengan saling berbagi wawasan dan pengalaman, para eksekutif tidak hanya memastikan keberhasilan inisiatif AI, tetapi juga menumbuhkan budaya kerja kolaboratif yang memperkuat seluruh organisasi.
Di era AI, kolaborasi di tingkat pimpinan bukan lagi pilihan — melainkan fondasi bagi transformasi bisnis yang berkelanjutan.
Comments